Mengenal Jenis - Jenis Vaksin
Jika pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai cara kerja vaksin, maka pada artikel ini akan diuraikan mengenai jenis-jenis vaksin. Perlu diketahui bahwa ada lebih dari satu jenis vaksin, dan setiap jenis vaksin dirancang untuk mengajarkan sistem kekebalan tubuh cara melawan virus atau bakteri penyebab penyakit tertentu.
Ketika vaksin dibuat, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan, diantaranya adalah teknologi atau pendekatan apa yang terbaik untuk membuat vaksin, bagaimana respon dari sistem kekebalan tubuh, siapa yang perlu diberi vaksin, dan lainnya. Berdasarkan sejumlah faktor ini, para ilmuwan kemudian memutuskan pendekatan yang digunakan dalam membuat vaksin.
Jenis - Jenis Vaksin
Live Attenuated Vaccines
Live attenuated vaccines atau vaksin yang dilemahkan langsung adalah vaksin yang dibuat menggunakan virus atau bakteri hidup yang telah dilemahkan sebelum dimasukkan ke dalam tubuh. Karena telah melemah, patogen tersebut tidak akan menyebabkan penyakit, tetapi sistem kekebalan masih akan mengingat dan mengenali antigen serta memeranginya di masa depan.Vaksin ini sangat baik untuk merangsang respon imun. Selain itu, karena sifatnya yang mirip dengan infeksi alami, vaksin ini dapat menghasilkan respon kekebalan seumur hidup hanya dengan satu atau dua dosis. Namun karena mengandung patogen hidup, vaksin ini tidak diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, orang dengan masalah kesehatan jangka panjang, atau orang yang pernah menjalani transplantasi organ. Hal ini karena ada risiko patogen bisa menjadi lebih kuat dan menyebabkan penyakit.
Contoh dari vaksin jenis ini adalah vaksin untuk penyakit campak, gondong, rubella, cacar, demam kuning, rotavirus.
Inactivated Vaccines
Inactivated vaccines atau vaksin tidak aktif dibuat dengan menggunakan versi virus atau bakteri penyebab penyakit yang telah terbunuh. Caranya adalah bakteri atau virus tertentu ditumbuhkan dalam media kultur dan kemudian diinaktivasi (dimatikan) sebelum dimasukkan ke dalam vaksin. Bisa juga dibuat menggunakan toksin, protein, atau fragmen polisakarida (gula) yang berasal dari virus atau bakteri.Setelah imunisasi, antigen vaksin tidak akan menyebabkan penyakit pada orang yang divaksinasi. Ini berarti jenis vaksin ini aman untuk diberikan kepada orang yang memiliki respons sistem kekebalan yang terganggu. Namun, mereka mungkin tidak mengembangkan sejumlah perlindungan yang sama seperti orang sehat setelah diberi vaksin.
Vaksin tipe ini biasanya tidak memberikan perlindungan sekuat vaksin hidup yang dilemahkan, karenanya membutuhkan beberapa dosis. Beberapa vaksin in-aktif mungkin juga memerlukan dosis tambahan berkala untuk mendapatkan kekebalan berkelanjutan terhadap penyakit. Contoh dari vaksin ini adalah vaksin untuk penyakit hepatitis A, rabies, dan polio.
Subunit Vaccines
Sesuai dengan namanya, vaksin subunit hanya menggunakan bagian tertentu dari patogen dengan tujuan untuk memicu respons sistem kekebalan tubuh. Ini dilakukan melalui proses isolasi protein tertentu dari patogen dan menyajikannya sebagai antigen sendiri. Salah satu contoh dari vaksin ini adalah vaksin influenza yang diberikan dalam bentuk suntikan.Pendekatan lainnya yang dilakukan untuk membuat vaksin subunit adalah melalui proses rekayasa genetika. Prosesnya yaitu sebuah kode genetik untuk protein vaksin dimasukkan ke dalam virus lain, atau ke dalam sel-sel penghasil dalam kultur. Ketika virus pembawa ini bereproduksi, maka protein vaksin juga dibuat. Hasil akhir dari proses ini adalah vaksin rekombinan. Contohnya adalah Vaksin Hepatitis B yang saat ini digunakan di Amerika Serikat.
Conjugate Vaccines
Ada beberapa bakteri yang memiliki lapisan luar berupa molekul gula yang menyamarkan antigen mereka dan mengelabui sistem kekebalan tubuh. Untuk mengatasi masalah ini digunakan vaksin conjugate, dimana antigen dari patogen lain yang dapat dikenali dihubungkan dengan lapisan gula dari bakteri tersamar. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh akan belajar mengenali kamuflase tersebut sebagai sesuatu yang berbahaya, dan segera menyerangnya jika memasuki tubuh.Toxoid Vaccines
Ada beberapa bakteri penyebab penyakit yang merusak tubuh melalui racun yang diproduksinya. Salah satu contohnya adalah tetanus. Gejalanya bukan disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani itu sendiri, melainkan oleh neurotoksin yang dihasilkannya (tetanospasmin).Imunisasi untuk jenis patogen seperti ini dapat dilakukan dengan menonaktifkan racun yang menyebabkan gejala penyakit. Ini dapat dilakukan melalui penggunaan bahan kimia seperti campuran formaldehyde dan air. Racun yang mati ini kemudian disuntikkan ke dalam tubuh. Vaksin tipe ini disebut Vaksin toksoid, karena menggunakan racun yang dihasilkan oleh kuman penyebab penyakit.
Sistem kekebalan tubuh akan belajar dengan cukup baik dari racun yang mati untuk melawan racun yang hidup. Vaksin toksoid ini sebenarnya dapat digolongkan ke dalam vaksin yang tidak aktif, tetapi kadang-kadang dimasukkan dalam kategori tersendiri mengingat fakta bahwa mereka mengandung toksin yang tidak aktif, bukannya bentuk bakteri yang tidak aktif.