Apa Itu Intoleransi Laktosa ?
Pernahkan kalian mendengar istilah Intoleransi Laktosa? Apa sih artinya? Jadi, Intoleransi laktosa itu adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak mampu memecah atau mencerna laktosa. Laktosa sendiri merupakan jenis gula utama yang yang ditemukan dalam susu dan produk yang terbuat susu, seperti yogurt, es krim, keju, mentega.
![]() |
Ilustrasi dairy product pinterest.com |
Apa Gejala Intoleransi Laktosa ?
Gejala intoleransi laktosa yang umum diantaranya adalah perut kembung, buang angin, sakit perut dan kram, mual, dan diare. Gejala tersebut biasanya muncul 30 menit hingga beberapa jam setelah mengkonsumsi produk yang mengandung laktosa.
Apakah Intoleransi Laktosa Merupakan Alergi ?
Intoleransi laktosa biasa disebut juga sebagai intoleransi susu, namun ini berbeda dengan alergi susu. Alergi susu merupakan reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap susu atau produk susu, yang bisa berakibat serius. Bahkan sejumlah kecil protein dapat menyebabkan reaksi besar jika menderita alergi, dan biasanya terjadi segera setelah menelan susu.
Reaksi alergi susu dapat menimbulkan gejala di seluruh tubuh seperti ruam, kulit gatal, bibir bengkak, hingga kesulitan bernapas. Penderita mungkin juga mengalami sakit perut, mual dan muntah, pada saat awal proses pencernaan (saat protein masih ada di perut). Reaksi alergi ini bisa bersifat langsung, parah dan, dalam beberapa kasus, mengancam jiwa, karenanya butuh penanganan medis yang tepat.
Apa Penyebab Intoleransi Laktosa ?
Intoleransi laktosa dapat terjadi apabila tubuh tidak menghasilkan cukup enzim laktase yang berfungsi memecah laktosa. Enzim laktase ini diproduksi oleh sel-sel di lapisan usus kecil. Usus kecil merupakan tempat sebagian besar nutrisi dari makanan diserap. Jadi, usus kecil memecah nutrisi menjadi molekul yang lebih kecil yang dapat melewati dinding usus ke aliran darah.
Segala sesuatu yang tidak terserap di usus kecil akan masuk ke usus besar. Kekurangan enzim laktase kemudian mengakibatkan laktosa yang tidak terproses bergerak ke usus besar, dimana ia dicerna oleh bakteri menggunakan enzimnya sendiri. Gas yang tercipta dari proses inilah yang menimbulkan gejala buang angin, kembung, dan diare.
Jenis-Jenis Intoleransi Laktosa
Kebanyakan orang terlahir dengan kemampuan untuk memecah laktosa, namun ada berbagai faktor yang meningkatkan risiko terjadinya intoleransi laktosa di kemudian hari. Ada 3 jenis intoleransi laktosa yang disebabkan oleh faktor yang berbeda, yaitu.
Intoleransi Laktosa Primer
Ini merupakan tipe yang paling umum. Umumnya, bayi lahir dengan kemampuan memproduksi laktase untuk mendapatkan semua nutrisi yang diperlukan dari susu. Saat susu diganti dengan makanan lain, biasanya jumlah laktase yang dihasilkan tubuh menurun, namun tetap cukup untuk mencerna jumlah susu dalam pola makan orang dewasa.
Pada kasus intoleransi laktosa primer, produksi laktase menurun tajam saat dewasa, sehingga membuat produk susu sulit dicerna. Kecenderungan ini paling umum terjadi pada orang keturunan Asia, Afrika, Amerika Selatan, Eropa Selatan, dan Aborigin Australia.
Intoleransi Laktosa Sekunder
Kondisi ini terjadi ketika usus kecil menurunkan produksi laktase setelah sakit, cedera, atau operasi yang melibatkan usus kecil. Penyakit yang terkait dengan intoleransi laktosa sekunder meliputi infeksi usus, gastroenteritis, penyakit Celiac, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dan penyakit Crohn. Dengan melakukan pengobatan yang tepat, adalah mungkin untuk mengembalikan kadar laktase, meski memakan waktu.
Intoleransi Laktosa Bawaan
Kasus intoleransi laktosa bawaan terjadi ketika bayi dilahirkan dengan intoleransi laktosa, namun ini jarang terjadi. Kondisi ini diwariskan dari generasi ke generasi, dalam pola pewarisan yang disebut resesif autosomal (artinya ibu dan ayah harus mewariskan varian gen yang sama agar seorang anak terpengaruh).
Makanan Apa Yang Memicu Gejala Intoleransi Laktosa ?
Laktosa terdapat dalam sebagian besar produk susu, kecuali yang sudah dihilangkan. Jumlahnya pun bervariasi, ada beberapa jenis yang lebih banyak daripada yang lain. Misalnya, susu segar dan krim lebih tinggi kandungan laktosanya, sedangkan keju keras lebih sedikit.
Tes Intoleransi Laktosa
Proses diagnosis intoleransi laktosa biasanya dilakukan melalui uji coba, dimana pasien dianjurkan untuk menghindari laktosa selama beberapa minggu. Apabila gejalanya membaik, namun ketika mengkonsumsi kembali laktosa gejalanya kembali, maka kemungkian besar pasien mengalami intoleransi laktosa.
Tes sederhana lainnya adalah membandingkan apakah tubuh dapat mentolerir susu bebas laktosa, tetapi bukan susu biasa. Terkadang dilakukan juga tes lain seperti tes napas dan tes glukosa darah, untuk melihat apakah tubuh memproduksi laktase yang cukup.
Adapula tes keasaman tinja. Tes ini digunakan untuk bayi dan anak kecil, dimana dilakukan pemeriksaan kadar asam dalam tinja. Jika seseorang tidak mencerna laktosa, fesesnya akan mengandung asam laktat, glukosa, dan asam lemak lainnya.
Kadang-kadang, pasien dengan gejala parah dimana diagnosisnya tidak jelas, akan menjalani biopsi usus kecil. Dalam hal ini, dilakukan endoskopi untuk mengambil sampel dinding usus. Namun, ini merupakan tes invasif, dan tidak umum digunakan.
Bagaimana Pengobatan Intoleransi Laktosa
Pengobatan utama yang bisa dilakukan bagi penderita intoleransi laktosa adalah dengan mengurangi jumlah laktosa dalam makanan yang dikonsumsi. Kebanyakan orang dengan intoleransi laktosa tidak perlu menghilangkan makanan susu seutuhnya dari diet mereka.
Banyak dari produk susu tidak mengandung laktosa dalam jumlah besar, dan merupakan sumber kalsium yang baik bagi tubuh. Contohnya saja, sebagian besar keju hampir tidak mengandung laktosa sehingga dapat ditoleransi dengan baik. Yogurt juga umumnya dapat dicerna dengan baik, karena mengandung bakteri yang memfermentasi laktosa.
Intoleransi laktosa dapat bersifat sementara, sehingga dimungkinkan untuk secara bertahap memperkenalkan kembali susu dan produk susu secara berkala, dari waktu ke waktu.
Tips Untuk Menghindari Konsumsi Laktosa
Kebanyakan orang dengan intoleransi laktosa dapat mentolerir setengah hingga satu gelas susu setiap hari. Namun, ada cara untuk mengurangi kemungkinan terjadinya gejala, yaitu dengan mengatur pola konsumsi makanan olahan susu, misalnya.
♦ Minumlah susu dengan makanan lain, dan jangan minum susu dalam keadaan perut kosong.♦ Jangan minum susu sekaligus, tapi bagilah ke dalam beberapa porsi kecil secara berkala sepanjang hari.
♦ Pilih susu lemak biasa, karena kandungan laktosanya lebih sedikit daripada susu rendah lemak atau susu skim. Jika bisa menemukan susu bebas laktosa atau rendah laktosa lebih bagus lagi, karena memiliki kandungan enzim laktase yang ditambahkan ke dalamnya.
♦ Pilih yogurt atau keju rendah laktosa, karena sering lebih baik ditoleransi daripada susu.
Selain hal-hal di atas, waspadai pula laktosa dalam makanan olahan seperti biskuit, kue, roti, sereal, krim keju, dan custard. Periksalah label makanan, dan hindari istilah-istilah yang mungkin berarti makanan tersebut mengandung laktosa, seperti padatan susu, mentega, keju, krim, whey.
Dengan kata lain, cobalah berbagai produk olahan susu untuk melihat mana yang menyebabkan lebih sedikit gejala. Dengan begitu tubuh tetap bisa mendapatkan asupan kalsium yang cukup, serta nutrisi penting lainnya.
Referensi:
https://www.healthdirect.gov.au/lactose-intolerance
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/symptoms-causes/syc-20374232